Nama Kelompok :
Fenomena-fenomena yang kami bahas adalah :
1. Kenakalan Remaja di Kota Payakumbuh
Dari kasus di atas dapat kita lihat bagaimana kenakalan remaja yang terjadi di kota Payakumbuh. Di mana kenakalan-kenakalan yang mereka lakukan sudah sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Remaja yang seharusnya menjadi penerus bangsa ini, malah melakukan hal-hal yang tidak baik dan menentang norma-norma yang ada. Bahkan kenakalan itu seperti sebuah kebiasaan yang harus dilakukan oleh para pelajar di sana.Mereka sudah tidak punya adab dan etika kepada orang tua atau guru, sering melakukan free sex, menyaksikan hal-hal yang berbau porno, dan juga budaya nyintek amat dijunjung tinggi oleh para pelajar di Payakumbuh ini. Benar-benar membuat kita miris melihat kejadian ini.
Pembahasan :
Ditinjau dari teori psikologi pendidikan, seharusnya anak-anak di Payakumbuh ini diberikan pendidikan yang baik tentang beretika dan berakhlak yang baik. Dan juga orang tua dan para guru juga harus diberikan konseling oleh psikolog untuk dapat membantu mengubah prilaku anak-anak di sana.
Ditinjau dari teori pendidikan keluarga, seharusnya orang tua sudah menanamkan nilai moral pada anak mereka sejak dini, dan juga memantau setiap gerak-gerik anak yang mencurigakan. Orang tua juga seharusnya bersikap tegas dan bijak. Mereka harus memberi punishment yang sesuai apabila anak tersebut melakukan pelanggaran, dan juga harus peduli dengan apa yang dilakukan anak tersebut. Jangan hanya sibuk dengan urusan sendiri dan meninggalkan tanggung jawab sebagai orang tua.
Ditinjau dari teori bimbingan sekolah, dalam kasus ini seharusnya sekolah juga memberikan pelajaran tentang akhlak dan agama yang lebih mendalam, sehingga anak akan menjadi lebih tahu dan sadar bahwa yang mereka lakukan itu adalah salah. Para guru dan pihak sekolah yang bersangkutan juga harus memberikan perhatian yang khusus kepada anak-anak tersebut. Dan juga mereka harus memberikan hukuman yang cukup berat apabila para anak melakukan kenakalan seperti mencontek atau melihat hal-hal yang berbau porno.
2. Jangan Asal Memilih Jurusan
Dari kasus ini dapat kita lihat bahwa seseorang yang salah jurusan dalam memilih program studi di universitas malah dapat membuat dia menjadi kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar nantinya. Bahkan akibat dari itu, mahasiswa tersebut menjadi malas dan enggan untuk datang ke kampus. Kalau pun mereka datang, paling-paling hanya untuk mengisi absen saja. Banyak faktor yang membuat seseorang salah dalam memilih jurusan, seperti paksaan dari orang tua untuk masuk ke fakultas yang diinginkan orang tua kita, atau ikut-ikutan dengan teman saja dan juga karena ingin bangga aja bisa jadi mahasiswa apalagi menjadi mahasiswa di PTN.Padahal dari faktor itu malah dapat membuat kita menjadi salah dalam memilih jurusan yang otomatis akhirnya kita malah akan malas dan menyia-nyiakan perkuliahan kita nantinya.
Pembahasan :
Ditinjau dari psikologi pendidikan, para siswa yang akan masuk ke PTN atau PTS seharusnya dari awal sudah memikirkan dengan matang jurusan yang akan dipilihnya dengan cara melihat kelebihan atau bakat apa yang ada dalam dirinya itu. Seperti mengikuti tes minat dan bakat atau tanya pada orang-orang di sekitar kita apa kelebihan yang dimiliki oleh kita. Dari sana kita dapat tahu nantinya jurusan apa yang sesuai dengan diri kita.
Ditinjau dari teori pendidikan keluarga, orang tua seharusnya tidak memaksakan keinginan mereka dalam menentukan pilihan jurusan si anak. Mereka harus memberikan kebebasan pada anak tersebut untuk memilih jurusan apa yang diminati si anak. Sehingga anak pun akan menjadi lebih optimal dalam mempelajari pelajaran yang sesuai dengan minatnya di perkuliahan nantinya.
Ditinaju dari teori bimbingan sekolah, peran para guru juga sangat membantu anak/siswa dalam memilih jurusan yang sesuai dengan si anak. Dengan cara memperhatikan dan memberi bimbingan pada si anak yang ingin masuk ke Perguruan Tinggi, agar nantinya siswa itu tidak salah jurusan. Atau pihak sekolah dapat memanggil psikolog untuk memberikan tes pada para siswa, sehingga mereka dapat tahu jurusan apa yang sesuai dengan mereka.
3. Pendidikan Pra Sekolah
Pendidikan prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi. pengetahuan, dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup. Di sini pendidikan prasekolah sangat berperan penting untuk menghatarkan anak menuju masa sekolah nantinya. Pendidikan pra sekolah juga berperan penting dalam perkembangan kognitif, bahasa dan sosial ekonomi. Di mana anak tersebut akan belajar bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, dan juga dapat untuk mengembangkan mental anak tersebut sebagai persiapan untuk melangkah ke pendidikan formal.
Pembahasan :
Ditinjau dari teori psikologi pendidikan, pendidikan pra sekolah sangat berperan penting dalam perkembangan kognitif si anak. Dimana anak nantinya dapat mengingat dan memahami tentang hal-hal yang ada di sekitarnya. Tidak hanya perkembangan kognitif saj yang berkembang, bahasa juga berkembang karena anak akan berinteraksi dengan teman dan guru, sehingga perkembangan bahasanya akan berkembang secara optimal. Apalagi sekarang banyak sekolah pra sekolah yang mengajarkan anak didiknya untuk belajar dua bahasa sekaligus seperti bahasa inggris dan bahasa Indonesia.
Ditinjau dari teori pendidikan keluarga, biasanya anak-anak prasekolah merupakan anak-anak yang orang tuanya bekerja atau mempunyai kesibukan lain sehingga para orang tua tidak memiliki cukup waktu untuk mengajari anak mereka. Jadi pendidikan pra sekolah ini sangat membantu para orang tua yang tidak bisa mendidik anak mereka
Ditinjau dari teori bimbingan belajar, peran guru sangat penting dalam perkembangan anak tersebut. Karena para guru di sekolah pra sekolah lah yang memiliki banyak waktu dalam memndidik anak tersebut. Guru harus membimbing anak tersebut dalam belajar, membantu mereka berinteraksi dengan teman-temannya. Guru juga harus sabar dalam menghadapi anak pra sekolah yang biasanya cukup manja dan susah untuk belajar. Maka dari itu, guru-guru untuk anak pra sekolah harus benar-benar pofesional dan tahu bagaimana cara menangani anak-anak prasekolah. Dan juga kurikulum yang disediakan pihak sekolah harus sesuai dengan kemampuan anak pra sekolah tersebut.
Daftar Pustaka :
1. Buku Psikologi Pendidikan, Santrock